Senin, 11 April 2016

Deretan Fakta Unik Seputar Penggunaan Aplikasi Mobile di Indonesia

Perkembangan smartphone dan tablet yang sedemikian pesat tidak dimungkiri memicu munculnya beragam aplikasi mobile. Dari mulai layanan chatting seperti WhatsApp, sederetan aplikasi e-commerce, sampai layanan untuk menemukan teman baru.
Pada Kamis (4/7), Baidu memaparkan sejumlah data hasil riset GFK terkait penggunaan aplikasi mobile di Indonesia.

Nasib aplikasi lokal

Meski nama-nama aplikasi dari luar yang masuk ke Indonesia masih mendominasi, namun untuk urusan belanja online masyarakat sudah mulai melirik aplikasi dari e-commercedalam negeri. Bukalapak dan Tokopedia masuk lima besar aplikasi belanja yang diminati responden.
Dari ranah lain seperti Money Management ada nama Uangku, dan pada News & Information ada aplikasi konten agregator BaBe.
Lalu di kategori transportasi, ada GO-JEK yang sukses menjadi aplikasi paling diminati dengan 21,6 persen pengguna. Angka ini jauh meninggalkan Grab yang hanya enam persen saja, dan UBER dengan tingkat unduhan yang bahkan kurang dari satu persen.
Apa penyebab aplikasi dari luar yang datang ke Indonesia masih diminati? sebab karakter orang Indonesia cenderung lebih menyukai layanan yang sudah “jadi” dan minim bug.

Bloatware cukup “diminati”

Bloatware | Image
Meski banyak orang mengeluhkan kinerja smartphone menjadi berat karena banyaknyabloatware pada perangkat mereka, ternyata cukup banyak orang yang masih menikmati aplikasi pre-installed ini. Sebagai contoh pada kategori toko aplikasi, S Suggest milik Samsung terbukti diminati 23 persen responden.
Pada kategori Cloud dan Storage, aplikasi bawaan Asus, AiCloud pada seri ZenFone dan ZenPad mereka, juga terbukti mampu memikat pengguna dengan masuk ke lima besar aplikasi favorit mengalahkan Google Photos dan 4Shared. Pun dalam kategori Lifestyle,Galaxy Gift dengan berbagai promo diskon untuk pengguna perangkat Samsung Galaxy juga masih diminati.

In-App Purchase berpotensi naik daun

In-App-Purchase | Image
Di tahun 2015 pengguna aplikasi berbayar masih lebih tinggi ketimbang mereka yang memilih In-App Purchase (IAP). Namun mulai tahun ini, diprediksi IAP cenderung akan menggeser aplikasi berbayar
Masyarakat Indonesia itu tetap lebih memilih yang gratis, kalau tahun lalu peminat IAP masih 2,8 persen saja, tahun ini diprediksi bisa mencapai 3,9 persen. Angka tersebut akan terus naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi di tahun-tahun mendatang,
Lebih lanjut mengenai IAP, dari tujuh persen penggunanya di Indonesia, sistem ini mampu memberikan pemasukan yang cukup signifikan untuk aplikasi mobile. Memang persentasenya kecil, namun pemasukan yang didapat bisa mencapai Rp1,2 miliar dalam setahun,
IAP sendiri terbagi menjadi dua kategori, yaitu IAP yang gratis dan berbayar. IAP gratis contohnya adalah memberikan pengguna keuntungan ekstra setelah memberikan share ataureference. Peminat IAP gratis tentu jauh lebih tinggi ketimbang yang berbayar,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar